Surat Al-Anbiya Ayat 58

فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ



Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu) sesudah mereka pergi meninggalkannya menuju ke tempat pertemuan di hari raya mereka (menjadi puing-puing) dapat dibaca Judzaadzan dan Jidzaadzan, artinya hancur terpotong-potong di kapak oleh Nabi Ibrahim (kecuali yang terbesar dari mereka) lalu Nabi Ibrahim menggantungkan kapaknya ke pundak berhala yang terbesar itu (agar mereka kepadanya) yakni kepada berhala yang terbesar itu (menanyakannya) maka mereka akan melihat apa yang ia perbuat terhadap berhala-berhala yang lain.

Setelah mereka pergi meninggalkan patung-patung itu, Ibrâhîm mendatanginya lalu menghancurkannya berkeping-keping kecuali patung yang besar agar nantinya menjadi tempat bertanya bagi mereka tentang apa yang telah terjadi pada tuhan-tuhan mereka itu. Tentu, patung besar itu pun tidak akan dapat menjawab apa-apa. Dengan demikian kebatilan akan tampak jelas pada mereka.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:31
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Ketika kaumnya pergi ke tempat perkumpulan mereka di hari raya, Ibrahim diam-diam pergi mendatangi oatung-patung yang mereka sembah, lalu Beliau menghancurkannya dengan kapak.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak menghancurkan patung yang paling besarnya karena ada maksud yang diinginkannya, yaitu agar mereka kembali (bertanya) kepada patung besar mereka itu sehingga mereka mengetahui bahwa patung itu tidak bisa memberikan jawaban apa-apa terhadap mereka. Syaikh As Sa’diy berkata, “Perhatikanlah kehati-hatian yang mengagumkan ini, semua yang dibenci Allah (seperti patung, dsb.) tidak digunakan lafaz-lafaz agung (seakan-akan ia agung dan besar) selain disebutkan pula idhafat (penyandarannya) bagi orang-orangnya (tertentu), sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menulis surat kepada raja-raja negara yang musyrik, Beliau mengatakan, “Kepada Pembesar Persia”, “Kepada Pembesar Romawi”, dsb, dan tidak mengatakan, “Kepada Pembesar” (tanpa disandarkan). Di sini Alah Subhaanahu wa Ta'aala juga berfirman, “kecuali yang terbesar bagi mereka.”. Oleh karena itu, hal ini perlu diingat dan agar berhati-hati tidak mengagungkan sesuatu yang dianggap hina oleh Allah kecuali jika disandarkan kepada orang-orang yang mengagungkannya.”