Surat Maryam Ayat 4

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا



Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Ia berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya telah lemah) menjadi lemah (tulang-tulangku) semuanya (dan kepala ini telah dipenuhi) (oleh uban) lafal Syaiban menjadi Tamyiz yang dipindahkan dari Fa'ilnya, maksudnya uban telah merata di rambut kepalanya sebagaimana meratanya nyala api pada kayu dan sesungguhnya aku bermaksud berdoa kepada-Mu (dan aku belum pernah dengan doaku kepada-Mu) (merasa kecewa, ya Rabbku!) artinya, merasa dikecewakan di masa-masa lalu; maka janganlah Engkau kecewakan aku di masa mendatang.

Ia berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, bahkan aku bahagia bila doaku terkabulkan.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:31
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Ketika tulang telah lemah, di mana ia merupakan penopang badan, maka anggota badan yang lain tentu ikut lemah.

Uban merupakan tanda kelemahan dan ketuaan, utusan maut, pemandunya dan peringatan terhadapnya. Nabi Zakaria bertawassul kepada Allah dengan kelemahan dirinya, dan hal ini termasuk cara bertawassul yang dicintai Allah, karena hal ini menunjukkan sikap berlepas diri dari kemampuan dirinya serta bergantung kepada kekuatan Allah ‘Azza wa Jalla.

Yakni Engkau tidak menghendaki aku kecewa dan terhalang dari dikabulkan doa, bahkan Engkau senantiasa menyambutku dan mengabulkan doaku. Kelembutan-Mu selalu mengalir kepadaku dan ihsan-Mu senantiasa sampai kepadaku. Di sini Beliau bertawassul kepada Allah dengan nikmat yang diberikan-Nya kepada dirinya dan pengabulan-Nya terhadap doanya yang terdahulu; Beliau meminta kepada Allah Tuhan yang telah berbuat baik dahulu agar Dia menyempurnakan ihsan-Nya pada kesempatan selanjutnya.