Surat Al-Hasyr Ayat 1

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ



Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) semuanya memahasucikan-Nya. Huruf lam pada lafal lillaahi adalah zaidah; ungkapan dengan memakai lafal maa, karena lebih memprioritaskan makhluk yang tidak berakal yang jumlahnya lebih banyak (dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) di dalam kerajaan-Nya dan dalam perbuatan-Nya.

[[59 ~ AL-HASYR (PENGUSIRAN) Pendahuluan: Madaniyyah, 24 ayat ~ Surat ini diawali dengan keterangan bahwa Allah disucikan dari semua sifat yang tidak pantas oleh segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Dia Mahaperkasa dan tidak terkalahkan, serta Mahabijaksana dalam setiap tindakan. Sebagian tanda keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya itu adalah bencana yang terjadi pada Banû Nadlîr, salah satu kelompok Yahudi di Madinah. Mereka ini mula-mula melakukan perjanjian dengan Nabi saw. setelah peristiwa hijrah untuk tidak bersikap mendukung maupun melawan terhadap Rasulullah. Tetapi setelah kekalahan kaum Muslimin pada perang Uhud, mereka melanggar perjanjian itu dan bersekutu dengan suku Quraisy untuk memerangi Nabi saw. Maka serta merta mereka dikepung oleh kaum Muslimin di dalam benteng yang mereka perkirakan dapat melindungi mereka, dan akhirnya mereka diusir dari Madinah. Setelah itu surat ini menyinggung masalah hukum fay', yaitu harta yang dirampas dari orang kafir tanpa melalui perang dan tanpa melakukan serangan atau lainnya. Dalam surat ini disebutkan bahwa fay' itu diperuntukkan bagi Rasulullah, kaum kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibn sabîl, dan kaum fakir yang berhijrah dan diusir dari kampung halaman mereka. Selanjutnya surat ini berbicara masalah kaum Anshâr dan bagaimana mereka mendahulukan kepentingan kaum Muhâjirîn daripada diri mereka sendiri kendati mereka dalam keadaan membutuhkan. Surat ini juga mengalihkan perhatian kita kepada janji-janji kaum munafik kepada suku Banû Nadlîr dalam perkataan mereka, "Jika kalian diusir, kami pasti akan pergi bersama kalian. Dan jika kalian diperangi, kami pasti akan membela kalian" Kebohongan dan rayuan mereka ini kemudian dibeberkan oleh bagian surat selanjutnya. Setelah itu, surat ini mengingatkan kaum mukminin akan keharusan bertakwa kepada Allah dan menyiapkan bekal untuk masa depan--baik jangka pendek maupun jangka panjang--dan agar mereka jangan sampai seperti orang-orang yang berpaling dari Allah hingga dilupakan oleh diri mereka sendiri. Akhirnya surat ini ditutup dengan keterangan tentang tingginya kedudukan dan pengaruh al-Qur'ân. Kedudukan yang tinggi itu disebabkan karena yang menurunkannya adalah Allah, Tuhan yang tiada tuhan lain selain diri-Nya dan yang mempunyai al-asmâ' al-husnâ (nama-nama yang terbaik).]] Allah disucikan dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya oleh semua yang ada di langit dan di bumi. Dia Mahaperkasa, tidak terkalahkan, lagi Mahabijaksana dalam mengatur dan berbuat.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:32
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Syaikh As Sa'diy menerangkan, bahwa surah ini adalah surah Bani Nadhir, dimana mereka adalah sekelompok besar dari kalangan orang-orang Yahudi yang tinggal bersebelahan dengan Madinah di saat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dibangkitkan. Setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus dan berhijrah ke Madinah, maka mereka kafir kepada Beliau bersama orang-orang Yahudi lainnya. Ketika Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam telah tinggal di Madinah, maka Beliau berdamai dengan seluruh orang-orang Yahudi yang menjadi tetangga Beliau di Madinah. Kira-kira enam bulan setelah perang Badar berlalu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menemui mereka (orang-orang Yahudi) dan berbicara dengan mereka agar mereka mau membantu Beliau dalam menuntut diyat dua orang dari Bani Killaab yang dibunuh oleh Amr bin Umayyah Adh Dhamuri, lalu mereka berkata, “Kami akan lakukan wahai Abul Qaasim! Duduklah bersama kami sehingga kami bisa memenuhi keperluanmu,” lalu sebagian mereka dengan sebagian yang lain diam-diam bermusyawarah untuk membunuh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena dijadikan indah oleh setan, mereka berkata, “Siapakah di antara kamu yang mau mengambil penggilingan ini lalu ia angkat kemudian menaruhnya di atas kepala Beliau untuk dipecahkan dengannya?” Maka orang yang paling celaka di antara mereka, yaitu ‘Amr bin Jahhasy berkata, “Saya,” maka Salam bin Misykam berkata, “Jangan kalian lakukan. Demi Allah, akan diberitahukan niat kalian itu dan hal itu merupakan pembatalan janji yang telah dilakukan di antara kita dengan Beliau.” Maka datanglah wahyu kepada Beliau dari Tuhannya mengenai niat jahat mereka itu. Segeralah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bangun dan menuju Madinah lalu ditemui oleh para sahabat dan mereka berkata, “Engkau bersiap-siap, namun kami tidak menyadari,” maka Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan kepada mereka niat orang-orang Yahudi itu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim orang untuk memberitahukan, “Keluarlah kamu (wahai orang-orang Yahudi) dari Madinah dan jangan tinggal bersamaku di sini, dan aku beri tangguh kepadamu selama sepuluh hari. Barang siapa yang ditemukan tetap di situ setelah pemberitahuan itu, maka akan dipenggal lehernya.” Lalu mereka tinggal beberapa hari untuk bersiap-siap dan seorang munafik bernama Abdullah bin Ubay bin Salul mengirim orang kepada mereka memberitahukan, “Janganlah kalian keluar dari tempat tinggalmu karena bersamaku ada 2.000 orang yang akan masuk ke bentengmu bersamamu, mereka siap mati untuk membelamu, Bani Quraizhah akan menolongmu, demikian pula sekutu kamu dari Ghatfan.” Maka Huyay bin Akhthab tokoh mereka senang dengan ucapan itu sehingga mengirimkan orang untuk mengatakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Kami tidak akan keluar dari tempat tinggal kami. Oleh karena itu, lakukanlah apa yang hendak kamu lakukan.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir, demikian pula para sahabatnya dan pergi berangkat menuju mereka, sedangkan Ali bin Abi Thalib membawa panji bendera, lalu mereka tinggal di dekat benteng mereka dengan melempari panah dan batu, sedangkan Bani Quraizhah tidak membantu mereka, dan Abdullah bin Ubay serta para sekutu mereka mengkhianati mereka, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengepung mereka, menebang pohon kurma mereka dan membakar, lalu mereka mengirimkan orang untuk memberitahukan bahwa mereka akan keluar dari Madinah.” Maka Beliau membiarkan mereka dengan syarat mereka harus keluar dari Madinah membawa diri dan anak keturunan mereka dan bahwa untuk mereka apa yang diangkut unta selain senjata. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang harta dan senjata mereka. Harta-harta Bani Nadhir ini khusus untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk keperluan Beliau dan maslahat kaum muslimin dan Beliau tidak membagi seperlima, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang memberikan harta fa’i itu kepada Beliau, sedangkan kaum muslimin tidak bersusah payah mengerahkan kuda dan unta untuknya, dan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengusir mereka ke Khaibar yang di tengah-tengah mereka terdapat Huyay bin Akhthab tokoh mereka. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam telah menguasai tanah dan tempat tinggal mereka, mengambil senjata, sehingga terkumpul 50 baju besi, 50 tutup kepala dari besi dan 340 pedang, itulah kesimpulan kisah mereka sebagaimana diterangkan oleh Ahli Sejarah. Maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memulai surah ini dengan memberitahukan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih dengan memuji Tuhannya serta menyucikan-Nya dari segala yang tidak layak dengan keagungan-Nya, menyembah-Nya dan tunduk kepada kebesaran-Nya karena Allah Mahaperkasa yang menundukkan segala sesuatu sehingga tidak ada sesuatu pun yang menolaknya, dan Dia Mahabijaksana yang bijaksana dalam ciptaan-Nya dan dalam perintah-Nya, Dia tidaklah menciptakan sesuatu main-main dan tidaklah mensyariatkan hal yang tidak ada maslahatnya dan tidaklah melakukan kecuali yang di sana sejalan dengan hikmah-Nya. Termasuk di antaranya adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menolong Rasul-Nya terhadap orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab, yaitu Bani Nadhir ketika mereka melanggar perjanjian dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga Beliau mengusir mereka dari tempat tinggal mereka yang biasa mereka tempati dan mereka cintai. Pengusiran tersebut adalah pengusiran pertama yang ditetapkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk mereka melalui tangan Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka mereka pun keluar menuju Khaibar. Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa mereka akan mendapat pengusiran lagi di samping ini dan ternyata demikian, yaitu mereka (sisa-sisa orang-orang Yahudi) diusir lagi dari Khaibar oleh Umar radhiyallahu 'anhu di zaman pemerintahannya.