Surat At-Tagabun Ayat 14

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ



Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian) janganlah kalian menaati mereka sehingga menyebabkan kalian ketinggalan tidak mau melakukan perbuatan yang baik, seperti berjihad dan berhijrah. Karena sesungguhnya latar belakang turunnya ayat ini adalah karena menaatinya (dan jika kalian meaafkan) mereka yang telah memperlambat kalian untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, karena alasan bahwa mereka merasa berat berpisah dengan kalian (dan tidak memarahi serta mengampuni, mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, yaitu dengan memalingkan kalian dari taat kepada Allah untuk memenuhi keinginan mereka. Maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka. Jika kalian memaafkan kesalahan mereka, tidak memarahi dan menutupi kesalahan mereka itu, niscaya Allah akan mengampuni kalian. Allah sungguh Mahaluas ampunan dan Mahaluas rahmat.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:32
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Tirmidzi berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf, telah menceritakan kepada kami Israil, telah menceritakan kepada kami Simak bin Harb dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa ia ditanya oleh seseorang tentang ayat ini, “Wahai orang-orang yang beriman! sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” Ia berkata, “Mereka ini adalah laki-laki yang masuk Islam dari penduduk Mekah. Mereka ingin mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tetapi istri dan anak-anak mereka menolak ditinggalkan oleh mereka karena hendak datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika mereka telah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka melihat orang-orang telah paham agama, maka mereka hendak menghukum (keluarga) mereka, maka Allah menurunkan ayat, “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…dst.” (Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Muqbil, “Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir juz 28 hal. 124, Hakim juz 2 hal. 490, ia berkata, “Shahih isnadnya, namun keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkan.” Adz Dzahabi mendiamkan pernyataan Hakim, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir juz 4 hal. 376. Hadits ini berpusat pada Simak dari Ikrimah, sedangkan riwayat Simak dari Ikrimah adalah mudhtharib (guncang), sehingga hadits tersebut dha’if.”)

Ayat ini merupakan peringatan dari Allah kepada kaum mukmin agar tidak terlalaikan oleh istri dan anak, karena sebagiannya ada yang menjadi musuh bagi mereka, yakni yang menghalangi mereka dari kebaikan. Oleh karena itu, sikap yang harus mereka lakukan adalah berwaspada, tetap melakukan perintah Allah, mengutamakan keridhaan-Nya karena di sisi-Nya ada pahala yang besar dan mengutamakan akhirat daripada dunia yang fana.

Maksudnya, terkadang istri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama atau menghalanginya dari mengerjakan kebaikan seperti berjihad dan berhijrah.

Oleh karena larangan menaati istri dan anak jika di sana terdapat bahaya terhadap seorang hamba memberikan kesan agar bersikap keras kepada mereka, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghilangkan kesan ini dan memerintahkan mereka untuk memaafkan, tidak memarahi dan mengampuni mereka. Hal itu, karena sikap tersebut (memberi maaf) terdapat banyak maslahat.

Hal itu, karena balasan disesuaikan dengan jenis amalan. Barang siapa yang memaafkan, maka Allah akan memaafkannya, barang siapa yang mengampuni maka Allah akan mengampuninya, dan barang siapa yang bermu’amalah dengan Allah dengan amal yang dicintai-Nya, maka Allah akan mencintainya, demikian pula barang siapa yang bermu’amalah dengan manusia dengan amal yang dicintai mereka niscaya manusia mencintainya.