وَكَذَٰلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ ۖ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا ۖ رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَىٰ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya".
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Dan demikianlah) sebagaimana Kami bangunkan mereka (Kami memperlihatkan) (kepada mereka) yakni kaum Ashhabul Kahfi dan kaum Mukminin pada umumnya (agar mereka mengetahui) artinya khusus bagi kaum Ashhabul Kahfi (bahwa janji Allah itu) yaitu adanya hari berbangkit (benar) dengan kesimpulan, bahwa Allah Yang Maha Kuasa mematikan mereka dalam masa yang sangat lama, kemudian mereka tetap utuh sekalipun tanpa makan dan minum, maka Dia Maha Kuasa pula untuk menghidupkan orang-orang yang sudah mati (dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan) (padanya. Ketika) lafal Idz ini menjadi Ma'mul daripada lafal A'tsarnaa (orang-orang itu berselisih) orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir (tentang urusan mereka) maksudnya mengenai perkara para pemuda itu dalam hal bangunan yang akan didirikan di sekitar tempat Ashhabul Kahfi itu (orang-orang itu berkata) yakni orang-orang kafir (Dirikanlah di atas gua mereka) di sekitar tempat mereka (sebuah bangunan) untuk menutupi mereka (Rabb mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata,) yang dimaksud adalah yang menguasai perkara para pemuda tersebut, yaitu orang-orang yang beriman, ("Sesungguhnya kami akan mendirikan di atasnya) yakni di sekitarnya (sebuah rumah peribadatan.") tempat orang-orang melakukan salat; akhirnya dibuatlah sebuah rumah peribadatan di pintu gua tersebut.
Kami yang telah menidurkan dan membangunkan mereka kembali, dan Kami pula yang telah memberitahukan ihwal mereka kepada penduduk negeri itu, agar mengetahui kebenaran janji Allah untuk membangkitkan seluruh manusia di hari kiamat yang pasti akan datang. Akhirnya penduduk negeri itu beriman kepada Allah dan hari akhir. Setelah Allah mematikan pemuda-pemuda itu, penduduk negeri itu saling berselisih pendapat tentang mereka. Sebagian mengatakan, "Dirikanlah sebuah bangunan di depan pintu gua itu, lalu kita serahkan urusan mereka kepada Allah Yang Mahatahu." Orang-orang yang berpengaruh mengajukan usul dengan mengatakan, "Kita akan membangun sebuah masjid di tempat itu."
Admin
Yaitu janji-Nya akan membangkitkan manusia. Hal itu, karena yang berkuasa menidurkan mereka dalam waktu yang lama dan membiarkan mereka dalam keadaan seperti itu tanpa diberi makanan menunjukkan bahwa Dia berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati.
Orang-orang mukmin dan orang-orang kafir.
Yang mereka perselisihkan itu adalah tentang hari kiamat; apakah hal itu akan terjadi atau tidak dan apakah kebangkitan pada hari kiamat dengan jasad atau roh ataukah dengan roh saja. Maka Allah mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda dalam kisah ini untuk menjelaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang dan kebangkitan itu adalah dengan jasad dan roh. Pertemuan mereka dengan As-habul Kahfi ini menambah keyakinan kaum mukmin dan sebagai hujjah terhadap orang-orang yang mengingkari kebangkitan, dan Allah memasyhurkan kisah mereka (Ashabul Kahfi), meninggikan derajat mereka sampai orang-orang yang mengetahui tentang keadaan mereka (As-habul Kahfi) begitu memuliakan mereka.
Yakni agar kita beribadah kepada Allah di situ, mengenang mereka dan mengingat peristiwa mereka. Hal ini adalah perkara yang dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan dicela pelakunya karena bisa mengarah kepada perbuatan syirk sebagaimana yang menimpa kaum Nabi Nuh âalaihis salam yang menyembah patung orang-orang saleh di antara mereka. Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut tidak tercela, bahkan susunannya hanyalah menerangkan bagaimana para penghuni gua (As-habul Kahfi) itu dimuliakan sekali oleh manusia ketika itu. Dalam ayat ini terdapat dalil, bahwa orang yang pergi membawa agamanya, maka akan Allah menyelamatkannya dari fitnah, dan bahwa orang yang ingin sekali memperoleh perlindungan dari Allah, maka Allah akan melindunginya. Demikian juga menunjukkan, bahwa barang siapa yang siap menerima kehinaan di jalan Allah dan mencari keridhaan-Nya, maka akhirnya adalah kemuliaan dari arah yang tidak diduga-duga.