وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَٰذِهِ أَبَدًا
Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Dan dia memasuki kebunnya) dengan membawa temannya yang Mukmin itu, seraya membawanya ke sekeliling kebun serta memperlihatkan kepadanya hasil buah-buahannya. Di sini tidak diungkapkan dengan memakai lafal Jannataihi dalam bentuk Tatsniyah karena pengertian yang dimaksud adalah tamannya. Menurut pendapat yang lain disebutkan, bahwa cukup hanya dengan menyebutkan satu saja (sedang dia lalim terhadap dirinya sendiri) dengan melakukan kekafiran (ia berkata, "Aku kira tidak akan binasa) tidak akan lenyap (kebun ini untuk selama-lamanya).
Suatu saat orang kafir itu, bersama temannya yang beriman, memasuki kebun kepunyaannya. Dengan tetap menunjukkan sikap sombong, dia berkata, "Dalam dugaanku, kebun ini tidak akan pernah musnah selamanya.
Admin
Mengajak kawannya mengelilingi kebunnya untuk memperlihatkan buah-buahannya.
Yaitu dengan keangkuhan dan kekafirannya.
Ia merasa tenteram dengan dunia ini, merasa ridha terhadapnya, dan sampai mengingkari adanya kebangkitan.