إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ مَنْ يَكْفُلُهُ ۖ فَرَجَعْنَاكَ إِلَىٰ أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ ۚ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا ۚ فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍ يَا مُوسَىٰ
(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun): "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa,
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Yaitu ketika) lafal Idz di sini bermakna Ta'lil (saudaramu yang perempuan berjalan) namanya Maryam untuk menyelidiki beritamu. Karena sesungguhnya Firaun dan keluarganya telah mendatangkan orang-orang perempuan yang menyusui, sedangkan kamu tidak mau menerima air susu seorang pun di antara mereka (lalu ia berkata, 'Bolehkah saya menunjukkan kepada kalian orang yang akan memeliharanya?') kemudian usulnya itu ternyata diperkenankan oleh keluarga Firaun, maka segera Maryam mendatangkan ibunya, lalu Nabi Musa mau menerima air susunya. (Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya) karena bertemu kembali denganmu (dan tidak berduka cita) sejak saat itu. (Dan kamu pernah membunuh seorang manusia) yaitu seorang bangsa Qibti di Mesir. Maka kamu merasa susah dan khawatir setelah membunuh orang itu terhadap pembalasan raja Firaun (lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan) Kami telah mengujimu dengan beberapa cobaan selain dari peristiwa itu, kemudian Kami selamatkan pula kamu daripadanya (maka kamu tinggal beberapa tahun) yakni selama sepuluh tahun (di antara penduduk Madyan) sesudah kamu datang ke tempat itu dari negeri Mesir, yaitu kamu tinggal di tempat Nabi Syuaib yang kemudian ia mengawinkanmu dengan putrinya (kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan) di dalam ilmu-Ku dengan membawa risalah, yaitu dalam usia empat puluh tahun (hai Musa!).
Wahai Mûsâ, ketahuilah pertolongan Kami kepadamu, saat saudara perempuanmu berjalan mengawasi dirimu. Ketika kamu telah berada di istana Fir'aun, dan saudaramu itu mengetahui bahwa mereka mencari orang yang dapat menyusuimu, ia menunjukkan mereka kepada ibumu. Kami mengembalikan kamu kepangkuan ibumu, supaya ia senang melihat kamu hidup dan kembali serta tidak bersedih dan menangis lagi. Ketika kamu menginjak dewasa, dan membunuh seorang laki-laki dari kaum Fir'aun tanpa sengaja, Kami menyelamatkanmu dari kesusahan yang menimpa. Kami menyelamatkanmu dari kejahatan mereka. Kemudian, kamu pergi ke Madyan dan tinggal di sana untuk beberapa tahun lamanya. Setelah itu, kamu kembali dari Madyan pada waktu yang telah Kami tentukan untuk mengangkatmu sebagai rasul.
Admin
Agar ia dapat mengetahui keadaan Musa. Ketika itu, para ibu yang siap menyusukan dihadirkan, namun Musa menolak menyusu kepada salah seorang di antara mereka, lalu saudara perempuannya berkata sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.
Yang dibunuh Musa âalaihis salam ini ialah seorang bangsa Qibthi yang sedang berkelahi dengan seorang Bani Israil, sebagaimana yang dikisahkan dalam surah Al Qashash ayat 15. Setelah itu Musa âalaihis salam berdoa dan meminta ampunan kepada Allah, maka Allah mengampuninya, lalu Musa pergi menyelamatkan diri ketika mendengar bahwa para pembesar negeri hendak menangkapnya untuk dibunuh, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyelamatkan Beliau dari kemalangan akibat membunuh dan dari pembunuhan yang direncanakan ole para pembesar negeri.
Yakni ternyata engkau tetap istiqamah di atas keadaanmu yang baik.
Nabi Musa âalaihis salam datang ke negeri Mad-yan untuk menyelamatkan diri, di sana Beliau dikawinkan oleh seorang hamba yang saleh (menurut sebagian ahli sejarah, bahwa ia adalah Nabi Syuâaib, namun yang lain tidak berpendapat demikian) dengan salah seorang puterinya dan menetap sepuluh tahun di sana.
Yakni ditetapkan dalam ilmu-Nya untuk datang ke lembah Thuwa menerima wahyu dan kerasulan, yaitu pada saat usia Beliau 40 tahun. Hal ini menunjukkan perhatian Allah kepada Nabi Musa âalaihis salam.