وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut) lafal al-bahru diathafkan kepada isimnya anna (ditambahkan kepadanya tujuh laut sesudahnya) sebagai tambahannya sesudah keringnya laut (niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah) yang mengungkapkan tentang pengetahuan-pengetahuan-Nya dengan menuliskannya dengan memakai pena-pena itu dan berikut tambahan tujuh laut sebagai tintanya, serta tidak pula dengan tambahan yang lebih banyak dari itu, karena pengetahuan Allah tiada batasnya. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa) tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi-Nya (lagi Maha Bijaksana) tidak ada sesuatu pun yang terlepas dari pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya.
Dan seandainya seluruh pohon yang ada di bumi berubah menjadi pena, dan seluruh air laut yang sangat banyak itu menjadi tinta untuk digunakan untuk menuliskan ilmu Allah (kalimât), niscaya pena-pena itu akan rusak dan air laut itu akan habis sebelum habisnya ilmu Allah. Karena Allah Mahaperkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya; Mahabijaksana, tidak ada sesuatu pun yang keluar dari ilmu dan hikmah-Nya. Maka ilmu dan hikmah-Nya tidak akan ada habisnya.
Admin
Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang luasnya kalimat-Nya dan besarnya ucapan-Nya dengan penjelasan yang meresap ke hati, setiap akal akan takjub kepadanya, hatinya pun akan terpukau olehnya, dan bahwa orang-orang yang berakal dan berpengetahuan akan melayang untuk mengenal-Nya.
Yang dimaksud dengan kalimat Allah ialah firman dan ucapan-Nya yang tidak habis-habisnya. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang pertama tanpa ada permulaan dan yang terakhir tanpa ada kesudahan. Dia senantiasa berbicara dengan apa yang Dia kehendaki apabila Dia menghendaki, sehingga tidak ada batas terhadap firman-Nya tentang yang telah lalu dan yang akan datang, jika ditaqdirkan pohon dan lautan digunakan untuk mencatat kalimat Allah, maka tidak akan habis. Hal bukanlah berlebihan yang tidak ada hakikatnya, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui bahwa akal tidak mampu meliputi sebagian sifat-Nya, dan Dia mengetahui bahwa pengenalan terhadap-Nya oleh hamba-hamba-Nya adalah nikmat yang paling utama yang dikaruniakan-Nya kepada mereka, keutamaan yang paling besar yang mereka peroleh, namun pengenalan itu tidak mungkin diketahui sesuai keadaan-Nya, akan tetapi karena jika tidak dapat dicapai secara keseluruhan, maka tidak ditinggalkan seluruhnya (bahkan sebagiannya) perlu dicapai, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan dengan pengingatan yang membuat hati mereka bersinar, dada mereka menjadi lapang, dan dengan yang mereka capai itu, mereka dapat mengambil dalil terhadap yang belum mereka capai, mereka berkata sebagaimana yang dikatakan orang utama dan alim mereka, âKami tidak dapat menjumlahkan pujian untuk-Mu. Engkau sebagaimana yang telah Engkau puji diri-Mu.â Oleh karena itu, keadaannya lebih agung dari itu. Permisalan ini termasuk mendekatkan makna yang tidak dapat dicapai oleh pikiran, karena maksudnya pohon-pohon meskipun jumlahnya lebih dari yang disebutkan, demikian pula lautan, maka ia tetap akan habis pula. Adapun kalimat Allah, maka tidak akan habis, dalil naqli dan aqli menunjukkan demikian. Segala sesuatu akan habis dan terbatas kecuali Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan sifat-Nya. Jika terbayang dalam pikiran tentang hakikat awalnya Allah dan akhir-Nya, dan bahwa awal itu adalah apa yang diduga pikiran berupa waktu-waktu sebelumnya, namun Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebelum itu tanpa batasnya, dan meskipun pikiran manusia, bahwa yang akhir itu adalah zaman-zaman terakhir, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala setelah itu tanpa ada batasan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala pada setiap waktu memutuskan, berbicara, berfirman, berbuat bagaimana saja yang Dia kehendaki, dan jika Dia mengingikan sesuatu, maka tidak ada yang menghalangi ucapan dan perbuatan-Nya, jika akal manusia membayangkan, maka ia akan mengetahui bahwa permisalan yang Allah buat untuk kalimat-Nya adalah agar hamba mengetahui sebagian darinya, karena perkara yang sebenarnya lebih agung dan lebih besar lagi.
Tidak ada yang dapat melemahkan-Nya. Dia memiliki keperkasaan semuanya, di mana tidak ada kekuatan di alam bagian atas maupun bagian bawah kecuali berasal dari-Nya. Dia memberikannya kepada makhluk-Nya, dan tidak ada daya dan pertolongan kecuali dari-Nya. Dengan keperkasaan-Nya, Dia kalahkan semua makhluk, bertindak terhadap mereka dan mengatur mereka. Dengan hikmah-Nya, Dia menciptakan makhluk, dan Dia memulainya dengan hikmah serta menjadikan akhir dan maksudnya karena hikmah, demikian pula perintah dan larangan, ada dengan hikmah, dan maksudnya pun hikmah (kebijaksanaan); Dia Mahabijaksana dalam ciptaan-Nya dan perintah-Nya.