Surat An-Nisa' Ayat 73

وَلَئِنْ أَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِنَ اللَّهِ لَيَقُولَنَّ كَأَنْ لَمْ تَكُنْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ مَوَدَّةٌ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِيمًا



Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-oleh belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: "Wahai kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)".

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Dan sungguh jika) lam menunjukkan sumpah (kamu beroleh karunia dari Allah) seperti kemenangan atau harta rampasan (tentulah dia akan berkata) sambil menyesal (seolah-olah) ditakhfifkan sedangkan isimnya dibuang dan diperkirakan berbunyi kaannahu artinya seolah-olah (belum pernah ada) pakai ya atau ta (di antaramu dengannya kasih sayang) artinya perkenalan dan persahabatan. Dan ini kembali kepada ucapannya tadi, 'Aku telah memberi nikmat kepadaku,' yang diselangnya di antara ucapan itu dengan perkataannya sekarang ini, yaitu (Wahai) sebagai kata peringatan (sekiranya aku berada bersama mereka tentu aku akan mendapat keberuntungan yang besar pula.") maksudnya beroleh harta rampasan yang banyak. Firman Allah swt.:

Dan jika kalian mendapat kemenangan dari Allah dan keberuntungan berupa harta rampasan perang, maka--dengan penuh penyesalan dan harapan-mereka berkata, "Seandainya aku ikut perang bersama mereka, pasti aku mendapatkan harta rampasan yang banyak." Mereka mengucapkan demikian, seakan-akan tidak ada hubungan cinta kasih yang mengikat antara mereka dan kalian.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:31
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Yaitu kemenangan atau ghanimah.

Dengan nada penyesalan.

Dia berharap dirinya hadir dalam peperangan tersebut agar memperoleh ghanimah, dan tidak ada yang diinginkannya selain ghanimah saja tidak lebih, seakan-akan dirinya bukan golongan kamu wahai kaum mukmin, dan seakan-akan tidak ada hubungan keimanan antara kamu dengan dia. Padahal keimanan itu menghendaki pemiliknya agar bersama-sama dengan kaum mukmin yang lain memikul beban demi mendatangkan maslahat dan menghindarkan madharat, merasa senang ketika ketika saudaranya memperoleh kemenangan dan merasa sedih ketika saudaranya tidak memperolehnya serta berusaha bersama-sama kepada sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan agama dan dunia mereka. Namun ternyata yang terlintas dalam hatinya hanya dunia dan kesenangannya, tidak memikirkan masalah tadi. Tetapi karena kelembutan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, Dia tidak membuat mereka berputus asa dari rahmat-Nya serta tidak menutup pintunya, bahkan Dia tetap mengajaknya menutupi kekurangan itu dan menyempurnakan dirinya. Oleh karena itu, di ayat selanjutnya Dia mengajak mereka memperbaiki dirinya dengan berbuat ikhlas dan berangkat untuk berjihad di jalan-Nya.

Memperoleh banyak ghanimah.