فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ۚ بَلَاغٌ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Maka bersabarlah kamu) di dalam menghadapi perlakuan kaummu yang menyakitkan itu (sebagaimana orang-orang yang mempunyai keteguhan hati) yaitu orang-orang yang teguh dan sabar di dalam menghadapi cobaan dan tantangan (dari rasul-rasul) sebelummu, karena itu kamu akan termasuk orang yang mempunyai keteguhan hati. Lafal Min di sini menunjukkan makna Bayan, sehingga pengertiannya menunjukkan, bahwa semua rasul-rasul itu mempunyai keteguhan hati. Tetapi menurut pendapat yang lain itu menunjukkan makna Lit Tab'idh, karena Nabi Adam bukanlah termasuk di antara mereka yang memiliki keteguhan hati, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lain yaitu firman-Nya: ".. dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (Q.S. Thaha, 115) demikian pula Nabi Yunus tidak termasuk di antara mereka yang Ulil 'Azmi, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya, ".. dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (Yunus)." (Q.S. Al-Qalam, 48) (dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka) bagi kaummu yaitu disegerakan turunnya azab bagi mereka. Menurut pendapat lain, bahwa hal ini timbul sebagai reaksi dari sikap mereka terhadapnya, maka Nabi suka jika azab diturunkan kepada mereka, tetapi selanjutnya Nabi diperintahkan supaya bersabar dan jangan meminta supaya disegerakan azab bagi mereka. Karena sesungguhnya azab itu pasti akan menimpa mereka. (Pada hari mereka melihat apa yang diancamkan kepada mereka, mereka merasa seolah-olah) yang dimaksud adalah azab di akhirat mengingat lamanya masa di akhirat mereka merasa seolah-olah (tidak tinggal) di dunia menurut dugaan mereka (melainkan sesaat pada siang hari) Alquran ini adalah (suatu peringatan) peringatan dari Allah buat kalian (maka tidaklah) tiadalah (dibinasakan) sewaktu azab sudah di ambang pintu (melainkan orang-orang yang fasik) yaitu orang-orang yang kafir.
Sabarlah, wahai Muhammad, terhadap orang-orang kafir seperti rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan--yaitu mereka yang disebut ulul azmi (ulû al-'azm). Kamu tidak perlu meminta agar siksaan untuk mereka disegerakan, karena siksaan itu pasti akan menimpa mereka juga, betapa pun lamanya nanti. Pada hari ketika mereka menyaksikan siksaan yang diancamkan kepada mereka itu, mereka merasa seolah-olah hanya tinggal di dunia sesaat dari siang hari saja. Apa yang kamu nasihatkan itu cukup menjadi pelajaran. Tidak ada yang dihancurkan dengan azab Allah kecuali orang-orang yang tidak taat kepada-Nya.
Admin
Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bersabar menghadapi gangguan orang-orang yang mendustakan dan menentangnya, dan agar Beliau senantiasa mengajak manusia kepada Allah serta mengikuti kesabaran para rasul ulul âazmi (yang mempunyai keteguhan hati dan cita-cita yang tinggi), dimana mereka adalah para pemimpin manusia yang kuat kesabarannya, sempurna keyakinannya dan mereka adalah manusia yang paling berhak diteladani dan diikuti jejaknya.
Yang meminta untuk disegerakan azab. Mereka meminta disegerakan azab adalah karena kebodohan mereka, oleh karena itu jangan terpengaruh olehnya sehingga membuatmu mendoakan keburukan atas mereka..
Oleh karena itu, janganlah kamu dibuat sedih karena mereka bersenang-senang. Hal itu, karena mereka hanya sebentar saja bersenang-senang dan akan kembali kepada azab yang pedih.
Kata-kata âbalaaghâ bisa tertuju kepada kehidupan dan kesenangan dunia yang keadaannya memadai namun kurang. Atau bisa juga maksudnya, bahwa di dalam Al Qurâan ini Allah telah jelaskan dengan penjelasan yang sempurna, cukup dan menyampaikan ke kampung akhirat. Ia adalah sebaik-baik bekal yang dapat menyampaikan ke surga dan memelihara seseorang dari neraka, ia merupakan bekal paling utama yang harus dipegang oleh seseorang agar sampai ke sana, dan merupakan nikmat yang paling besar yang Allah anugerahkan kepada mereka.
Dengan berbagai siksaan.
Mereka adalah orang-orang yang sudah tidak ada lagi kebaikannya, telah keluar dari ketaatan kepada Tuhan mereka dan tidak menerima kebenaran yang dibawa para rasul. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memperingatkan mereka, namun mereka tetap saja berada di atas pendustaan dan kekafiran. Kita berlindung kepada Allah dari hal tersebut.