سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi,
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Sucikanlah nama Rabbmu) maksudnya sucikanlah Dia dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya lafal Ismu adalah lafal Za'id (Yang Maha Tinggi) lafal Al-A'laa berkedudukan sebagai kata sifat bagi lafal Rabbika.
[[87 ~ AL-A'LA (YANG MAHATINGGI) Pendahuluan: Makkiyyah 19 ayat ~ Surat al-A'lâ ini dibuka dengan pernyataan tasbih bagi Allah Swt. yang menciptakan semua makhluk yang semuanya setara dalam ketelitian dan kesempurnaan. Allah menciptakan segala sesuatu menurut kadar masing-masing yang dapat menjaga kelangsungan wujudnya. Dia, misalnya, menumbuhkan padang rumput yang hijau yang pada akhirnya akan berubah menjadi kering dan menghitam. Selain itu, dalam surat ini dinyatakan pula bahwa Allah berkehendak membacakan al-Qur'ân pada Nabi Muhammad yang selanjutnya mendapat perintah untuk menghafalkannya. Muhammad tidak akan lupa sedikit pun kecuali beberapa hal yang memang dikehendaki Allah. Allah pun berjanji akan memberikan kemudahan kepadanya. Surat ini kemudian memerintah Nabi Muhammad untuk memberi peringatan kepada manusia melalui al-Qur'ân agar orang-orang yang takut kepada Allah mendapat pelajaran. Sementara orang-orang yang celaka dan akan menjadi penghuni neraka bakal menolak. Ayat-ayat yang lain memuat pernyataan bahwa kemenangan yang sesungguhnya akan diperoleh golongan manusia yang menyucikan diri, berzikir dan bersembahyang. Surat ke-87 dalam urutan al-Qur'ân ini ditutup dengan sebuah ayat yang berisi pemberitahuan bahwa ajaran yang terkandung di dalamnya telah termuat pula dalam kitab-kitab Ibrâhîm dan Mûsâ.]] Sucikanlah nama Tuhanmu dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya.
Admin
Syaikh Ibnu âUtsaimin dalam Tafsir Juz âAmma berkata, âKhithab (arah pembicaraan) di sini untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan khithab kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Al Qurâanul Karim terbagi menjadi tiga bagian: (1) Adanya dalil bahwa khithab itu khusus tertuju kepada Beliau, sehingga menjadi khusus untuk Beliau, (2) Adanya dalil bahwa khithab itu umum sehingga menjadi umum, (3) Tidak adanya dalil terhadap ini (khusus untuk Beliau) dan itu (khusus untuk umatnya), maka hal ini menjadi khusus lafaznya saja (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), namun secara hukumnya buat umat juga.â
Yakni sucikanlah Tuhanmu dari segala yang tidak layak bagi-Nya.
Dr. Abdurrahman Al Khumais dalam Anwaarul Hilaalain fit Taâaqqubaat âalal Jalaalain berkata, âAl Aâlaa adalah salah satu nama Allah yang di dalamnya menetapkan sifat ketinggian bagi Allah Taâala; yang maknanya adalah Yang Paling Tinggi di atas segala sesuatu. Ia adalah Afâal tafdhil (bentuk kata yang menunjukkan paling) yang menunjukkan ketinggian Allah Taâala dengan semua makna ketinggian. Oleh karena itu, Dia paling tinggi kedudukannya, paling tinggi berkuasa, paling tinggi zat-Nya di atas segala sesuatu. Disebutkan nama-Nya Al Aâlaa di sini adalah untuk menerangkan keberhakan-Nya disucikan, yakni disucikan dari semua kekurangan.â