يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا
O Prophet, say to your wives, "If you should desire the worldly life and its adornment, then come, I will provide for you and give you a gracious release.
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
يأَيُّهَا النَّبِىُّ قُل لاٌّزْوَجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَوةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحاً جَمِيلاً - وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الاٌّخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَـتِ مِنكُنَّ أَجْراً عَظِيماً
(28. O Prophet! Say to your wives: "If you desire the life of this world, and its glitter, then come! I will make a provision for you and set you free in a handsome manner.'')
(29. "But if you desire Allah and His Messenger, and the Home of the Hereafter, then verily, Allah has prepared for the doers of good among you an enormous reward.'')
Here Allah commands His Messenger to give his wives the choice of separating from him so that they may go to someone else with whom they can find what they want of the life of this world and its attractions, or of patiently bearing the straitened circumstances with the Prophet for which they will have a great reward with Allah. They chose Allah and His Messenger and the Home of the Hereafter, may Allah be pleased with them. Then Allah gave them the best both of this world and of the Hereafter. Al-Bukhari narrated from `A'ishah, may Allah be pleased with her, the wife of the Prophet that the Messenger of Allah came to her when Allah commanded him to give his wives the choice. She said, "The Messenger of Allah started with me, and said,
«إِنِّي ذَاكِرٌ لَكِ أَمْرًا فَلَا عَلَيْكِ أَنْ تَسْتَعْجِلِي حَتْى تَسْتَأْمِرِي أَبَوَيْك»
(I am going to tell you about something and you do not have to hasten to respond until you consult your parents.)'' He knew that my parents would never tell me to leave him. Then he said:
«إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ:
يأَيُّهَا النَّبِىُّ قُل لاٌّزْوَجِكَ»
(Allah says: ("O Prophet! Say to your wives...'')) and he recited the two Ayat. I said to him, "Concerning what do I need to consult my parents I choose Allah and His Messenger and the Home of the Hereafter.'' He also narrated it without a chain of narrators, and added, "She said, then all the wives of the Prophet did the same as I.'' Imam Ahmad recorded that `A'ishah, may Allah be pleased with her, said: "The Messenger of Allah gave us the choice, and we chose him, so giving us that choice was not regarded as divorce.'' It was recorded by (Al-Bukhari and Muslim) from the Hadith of Al-A`mash. Imam Ahmad recorded that Jabir, may Allah be pleased with him, said: "Abu Bakr, may Allah be pleased with him, came to ask permission to see the Messenger of Allah and the people were sitting at his door, and the Prophet was sitting, but he did not give him permission. Then `Umar, may Allah be pleased with him, came and asked permission to see him, but he did not give him permission. Then he gave Abu Bakr and `Umar, may Allah be pleased with them both, permission, and they entered. The Prophet was sitting with his wives around him, and he was silent. `Umar, may Allah be pleased with him, said, `I will tell the Prophet something to make him smile.' `Umar, may Allah be pleased with him, said, `O Messenger of Allah, if only you had seen the daughter of Zayd -- the wife of `Umar -- asking me to spend on her just now; I broke her neck!' The Messenger of Allah smiled so broadly that his molars could be seen, and he said,
«هُنَّ حَوْلِي يَسْأَلْنَنِي النَّفَقَة»
(They are around me asking me to spend on them.) Abu Bakr, may Allah be pleased with him, got up to deal with `A'ishah; and `Umar, may Allah be pleased with him, got up to deal with Hafsah, and both of them were saying, `You are asking the Prophet for that which he does not have!' But the Messenger of Allah stopped them, and they (his wives) said, `By Allah, after this we will not ask the Messenger of Allah for anything that he does not have.' Then Allah revealed the Ayah telling him to give them the choice, and he started with `A'ishah, may Allah be pleased with her. He said,
«إِنِّي أَذْكُرُ لَكِ أَمْرًا مَا أُحِبُّ أَنْ تَعْجَلِي فِيهِ حَتَّى تَسْتَأْمِرِي أَبَوَيْك»
(I am going to tell you something, and I would like you not to hasten to respond until you consult your parents.) She said, `What is it' He recited to her:
يأَيُّهَا النَّبِىُّ قُل لاٌّزْوَجِكَ
(O Prophet! Say to your wives...) `A'ishah, may Allah be pleased with her, said, `Do I need to consult my parents concerning you I choose Allah and His Messenger, but I ask you not to tell of my choice to your other wives.' He said:
«إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّفًا، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا، لَا تَسْأَلُنِي امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ عَمَّا اخْتَرْتِ إِلَّا أَخْبَرْتُهَا»
(Allah did not send me to be harsh, but He sent me to teach in a gentle and easy manner. If any of them asks me what your decision was, I will tell her.)'' This was also recorded by Muslim, but not Al-Bukhari; An-Nasa'i also recorded it. `Ikrimah said: "At that time he was married to nine women, five of them were from Quraysh -- `A'ishah, Hafsah. Umm Habibah, Sawdah and Umm Salamah, may Allah be pleased with them. And he was also married to Safiyyah bint Huyay An-Nadariyyah, Maymunah bint Al-Harith Al-Hilaliyyah, Zaynab bint Jahsh Al-Asadiyyah and Juwayriyyah bint Al-Harith Al-Mustalaqiyyah, may Allah be pleased with all of them.
Admin
Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu ia berkata, âAku selalu ingin bertanya kepada Umar radhiyallahu 'anhu tentang dua wanita di antara istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman kepada kedua, âJika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran); (terj. At Tahrim: 3), sampai saat ia (Umar) berhaji, dan aku pun ikut berhaji bersamanya, ia pun mencari jalan lain dan aku juga mencari jalan yang lain dengan membawa kantong kecil (berisi air), maka Umar buang air. Lalu ia datang, kemudian aku tuangkan ke kedua tangannya air (dari kantong itu), maka ia pun berwudhuâ, lalu aku berkata kepadanya, âWahai Amirul Mukminin! Siapakah dua wanita dari istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang Allah Taâala berfirman kepadanya, âJika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran),â Umar berkata, âAdu anehnya engkau wahai Ibnu Abbas. Keduanya adalah Aisyah dan Hafshah.â Lalu Umar menyampaikan hadits itu. Ia berkata, âAku dengan tetanggaku seorang Anshar berada di Bani Umayyah bin Zaid, sedangkan mereka berada di dataran tinggi Madinah. Kami turun bergiliran menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia turun pada hari tertentu, dan aku pun turun pada hari tertentu. Apabila tiba giliranku yang turun, maka aku datang kepadanya memberitahukan berita pada hari itu tentang wahyu maupun lainnya, dan apabila tiba giliran dia yang turun, maka dia pun melakukan seperti itu. Kami kaum Quraisy, biasa lebih berkuasa terhadap istri, tetapi setelah kami mendatangi orang-orang Anshar, ternyata mereka adalah orang-orang yang kalah oleh istri, maka mulailah wanita-wanita kami mengikuti kebiasaan wanita Anshar, lalu aku berteriak (marah) kepada istriku, tetapi ia malah membantahku, maka aku pun mengingkari sikapnya itu. Ia pun berkata, âMengapa kamu mengingkari bantahanku kepadamu. Demi Allah, sesungguhnya istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam benar-benar membantah Beliau, bahkan salah seorang di antara mereka ada yang menjauhi Beliau pada hari ini sampai malam.â Aku pun menjadi kaget, dan berkata kepadanya, âSungguh kecewa orang yang melakukan hal itu di antara mereka.â Lalu aku pakai bajuku seluruhnya, kemudian turun dan masuk menemui Hafshah dan berkata kepadanya, âWahai Hafshah, apakah salah seorang di antara kamu ada yang membuat marah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari ini sampai malam?â Hafshah menjawab, âYa.â Aku (Umar) berkata, âKamu sungguh kecewa dan rugi, apakah kamu merasa aman jika Allah murka karena murka Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga engkau pun menjadi binasa. Oleh karena itu, janganlah kamu meminta banyak darinya, membantahnya dalam segala sesuatu, dan menjauhinya. Mintalah kepadaku dalam hal yang tampak bagimu (kamu perlukan), dan janganlah kamu tergiur hanya karena tetanggamu lebih cantik darimu dan lebih dicintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam âmaksudnya adalah Aisyah-.â Umar melanjutkan kata-katanya, â(Saat) kami sedang berbincang-bincang tentang (Raja) Ghassan yang sedang memakaikan alas kaki ke kudanya untuk memerangi kami, lalu turun kawan saya seorang Anshar pada hari gilirannya, ia pun kembali kepada kami pada waktu Isya, kemudian menggedor pintuku dengan keras dan berkata, âApa ada orang (di dalam) sana?â Maka aku kaget lalu keluar menemuinya, ia pun berkata, âPada hari ini telah terjadi perkara besar.â Aku (Umar) berkata, âApa itu, apakah (Raja) Ghassan datang?â Ia menjawab, âBukan, bahkan lebih besar dan lebih parah lagi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menalak istri-istrinya.â Aku (Umar) pun berkata, âKecewa Hafshah dan rugilah dia. Sungguh aku telah mengira hal ini kemungkinan akan terjadi.â Maka aku pakai semua pakaianku, lalu aku shalat Fajar (Subuh) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke kamar atas dan mengasingkan diri di sana. Kemudian aku masuk menemui Hafshah dan ternyata ia menangis, lalu aku berkata, âApa yang membuatmu menangis, bukankah aku telah memperingatkan kamu tentang hal ini? Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menalakmu semua?â Hafshah berkata, âAku tidak tahu, itu Beliau sedang mengasingkan diri di kamar atas.â Lalu aku keluar dan datang ke mimbar, ternyata di sekitarnya ada sekumpulan orang yang sebagiannya menangis, maka aku duduk sebentar bersama mereka. Kegelisahanku pun memuncak, lalu aku mendatangi kamar yang di sana terdapat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian aku berkata kepada budaknya yang berkulit hitam, âMintakanlah izin untuk Umar.â Lalu budak itu masuk (menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) dan berbicara dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian kembali dan berkata, âAku telah berbicara dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menyebutkan dirimu kepadanya, namun Beliau diam.â Maka aku kembali dan duduk bersama orang-orang yang berada di dekat mimbar. Tetapi kegelisahanku memuncak, lalu aku mendatangi budak itu dan berkata, âMintakanlah izin untuk Umar.â Lalu budak itu masuk (menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) kemudian kembali kepadaku dan berkata, âAku telah menyebutkan dirimu kepadanya, namun ia tetap diam.â Ketika aku hendak kembali, tiba-tiba budak itu memanggilku dan berkata, âNabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengizinkanmu.â Maka aku masuk menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ternyata Beliau sedang berbaring di atas garis-garis tikar, di mana antara Beliau dengan tikar tidak ada kasur, sehingga garis-garis itu membekas ke lambung Beliau, sedangkan Beliau bersandar ke bantal yang terbuat dari kulit yang diisi sabut. Lalu aku mengucapkan salam kepadanya dan berkata sambil berdiri, âWahai Rasulullah, apakah engkau menalak istri-istrimu.â Lalu Beliau mengangkat pandangannya kepadaku dan berkata, âTidak,â aku pun berkata, âAllahu akbar.â Kemudian aku berkata dalam keadaan berdiri meminta izin, âWahai Rasulullah, jika sekiranya engkau memperhatikan keadaanku. Kami kaum Quraisy biasa berkuasa terhadap kaum wanita, tetapi setelah kami tiba di Madinah, ternyata mereka adalah orang-orang yang kalah oleh istri.â Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum. Kemudian aku berkata, âWahai Rasulullah, jika sekiranya engkau memperhatikan keadaanku. Aku masuk menemui Hafshah dan berkata kepadanya, âJanganlah membuatmu terpedaya oleh karena tetanggamu lebih cantik darimu dan lebih dicintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam âmaksudnya Aisyah-,â maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum lagi. Maka aku duduk ketika melihat Beliau tersenyum, lalu aku mengangkat pandanganku ke (sekeliling) rumah Beliau. Demi Allah, aku tidak melihat di rumah Beliau sesuatu yang mengembalikan pandangan (kurang enak dilihat) selain tiga kulit. Lalu aku berkata, âWahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar Dia memperkaya umatmu. Karena bangsa Persia dan Romawi telah diberikan kekayaan dan diberikan dunia, padahal mereka tidak menyembah Allah.â Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam duduk sambil bersandar dan berkata, âApakah engkau dalam keadaan (ragu) seperti ini wahai Ibnul Khathtahb. Mereka adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan dalam kehidupan dunia.â Aku pun berkata, âWahai Rasulullah, mohonkanlah ampunan untukku.â Oleh karena berita yang disampaikan Hafshah kepada Aisyah, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengasingkan diri selama 29 hari. Ketika itu, Beliau berkata, âAku tidak akan masuk menemui mereka selama sebulan.â Karena kesalnya Beliau kepada mereka saat Allah menegurnya. Setelah 29 hari berlalu, maka Beliau masuk menemui Aisyah dan memulai dengannya, lalu Aisyah berkata kepadanya, âWahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah bersumpah untuk tidak menemui kami selama sebulan. Engkau di pagi hari baru saja berada di hari yang kedua puluh sembilan yang aku hitung dengan sebenarnya.â Beliau bersabda âSebulan itu 29 hari.â Ternyata memang bulan ketika itu jumlahnya 29 hari. Aisyah berkata, âSelanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan ayat pemberian pilihan, lalu Beliau memulai kepadaku sebagai orang yang pertama di antara istri-istrinya, maka aku pilih Beliau. Kemudian Beliau juga memberikan pilihan kepada semua istri-istrinya dan ternyata mereka mengatakan seperti yang dikatakan Aisyah.â
âIkrimah berkata, âKetika itu istri Beliau ada sembilan orang; lima orang berasal dari Quraisy (Aisyah, Hafshah, Ummu Habibah, Saudah, dan Ummu Salamah radhiyallahu 'anhun). Istri Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga adalah Shafiyyah binti Huyay An Nadhiiriyyah, Maimunah binti Al Harits Al Hilaaliyyah, Zainab binti Jahsy Al Asadiyyah, Juwairiyyah binti Al Harits Al Mushthaliqiyyah radhiyallahu 'anhun wa ardhaahunna ajmaâiin.â Mereka semua berkumpul meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam perhiasan dunia yang Beliau tidak memilikinya atau tidak sanggup memenuhinya.
Mut'ah yaitu suatu pemberian yang diberikan kepada perempuan yang telah diceraikan menurut kesanggupan suami.
Tanpa ada rasa marah dan mencaci-maki, bahkan dengan dada yang lapang dan hati yang senang daripada masalah rumah tangga semakin parah.