وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim) orang musyrik, yaitu Uqbah bin Mu'ith yang pernah membaca dua kalimat syahadat, kemudian ia menjadi murtad demi mengambil hati Ubay bin Khalaf (menggigit dua tangannya) karena menyesal dan kecewa, di hari kiamat (seraya berkata, "Aduhai!) huruf Ya menunjukkan makna penyesalan (Kiranya dahulu aku mengambil bersama Rasul) yakni Nabi Muhammad (jalan) petunjuk.
Pada hari kiamat, orang yang menzalimi dirinya dengan kekafiran dan melanggar para rasul menggigit kedua tangannya dengan penuh penyesalan. Dengan berangan-angan mereka berkata, "Aduhai kiranya dulu aku mengikuti para rasul sehingga aku menelusuri jalan menuju surga dan menjauhi jalan menuju neraka."
Admin
Disebutkan dalam Ad Durrul Mantsur juz 5 hal. 68, bahwa Ibnu Mardawaih dan Abu Nuâaim dalam Ad Dalaaâil meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari jalan Saâid bin Jubair dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Abu Muâaith biasa duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Mekah dan tidak menyakitinya. Ia adalah orang yang santun. Oleh karenanya sebagian orang-orang Quraisy apabila duduk bersamanya menyakitinya. Abu Muâaith memiliki seorang teman yang sedang berada di Syam, lalu orang-orang Quraisy mengatakan, âAbu Muâaith telah pindah agama,â lalu kawannya datang pada malam hari dari Syam dan bertanya kepada istrinya, âSudah sampai di mana Muhammad berbuat?â Istrinya berkata, âPerkaranya sudah lebih parah.â Ia bertanya lagi, âApa yang dilakukan kawanku Abu Muâaith?â Istrinya menjawab, âIa telah pindah agama.â Maka semalaman Ia (kawan Abu Muâaith) merasa gelisah. Ketika tiba pagi harinya, Abu Muâaith datang lalu mengucapkan salam kepadanya, tetapi salamnya tidak dijawab, maka Abu Muâaith berkata, âMengapa engkau tidak menjawab salamku?â Ia menjawab, âBagaimana aku akan menjawab salammu padahal engkau telah pindah agama?â Ia berkata, âApakah orang-orang Quraisy berkata seperti itu?â Ia menjawab, âYa.â Ia bertanya, âKalau begitu perbuatan apa yang dapat mengobati dada mereka?â Ia menjawab, âEngkau datangi dia (Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) lalu engkau ludahi wajahnya dan engkau caci-maki dengan cacian yang yang terburuk yang engkau ketahui.â Maka Abu Muâaith melakukannya, namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak bersikap apa-apa selain mengusap mukanya dari air liur, lalu Beliau menoleh kepadanya sambil berkata, âJika aku mendapati kamu berada di luar pegunungan Mekah, aku akan memenggal lehermu dengan cara ditahan.â Ketika tiba perang Badar dan kawan-kawannya berangkat, maka ia (Abu Muâaith) enggan untuk berangkat, lalu kawan-kawannya berkata, âKeluarlah bersama kami.â Ia berkata, âSungguhnya orang ini (Yakni Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) telah berjanji kepadaku jika mendapatiku berada di luar pegunungan Mekah akan memenggal leherku dengan cara ditahan.â Mereka berkata, âEngkau akan memperoleh unta merah, (tenang saja) dia tidak akan mendapatkan kamu jika kekalahan menimpanya.â Maka ia keluar bersama mereka, dan ketika Allah mengalahkan kaum musyrik dan untanya jatuh ke tanah lumpur di beberapa jalan (di gunung), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menangkapnya dalam 70 orang Quraisy, lalu Abu Muâaith datang kepada Beliau dan bersabda, âEngkau akan bunuh aku di tengah-tengah mereka ini?â Beliau menjawab, âYa, karena engkau telah meludahi wajahku.â Maka Allah menurunkan ayat tentang Abu Muâaith, âWa yauma yaâaddhuzh zhaalimu âalaa yadaihiâ¦dst. sampai ayat, âWa kaanasy syaithaanu lil insaani khadzuulaa.â Syaikh Muqbil berkata, âKami masih tidak berani menghukumi (kedudukan haditsnya) karena As Suyuthiy rahimahullah agak mudah (menshahihkan).â
Menggigit tangan (jari) maksudnya menyesali perbuatannya, berupa syirk, kufur dan mendustakan para rasul.
Dengan beriman kepadanya, membenarkannya dan mengikutinya.