Surat Al-'Ankabut Ayat 8

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ



Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Dan Kami perintahkan manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya) artinya perintah untuk berbuat baik, antara lain berbakti kepada kedua ibu-bapak. (Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tentang hal itu kamu) yakni terhadap perbuatan musyrik itu (tidak mempunyai pengetahuan) untuk menyetujui dan menentangnya, dan hal itu tidak dapat dimengerti olehmu (maka janganlah kamu mengikuti keduanya) dalam kemusyrikannya. (Hanya kepada-Ku-lah kembali kalian lalu Aku kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) maka Aku akan membalasnya kepada kalian.

Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya dan menaati orangtuanya. Akan tetapi jika mereka berdua memaksamu untuk menyekutukan Allah--sesuatu yang tidak dapat diterima oleh ilmu dan akal--maka janganlah menaati mereka. Kepada Allahlah tempat kembali seluruh makhluk. Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka lakukan di dunia dan memberikan balasannya.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:32
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Mush’ab bin Sa’ad dari bapaknya (Sa’ad bin Abi Waqqas), bahwa terhadap dirinya turun beberapa ayat Al Qur’an, ia bercerita, “Ibu Sa’ad pernah bersumpah untuk tidak akan berbicara dengan Sa’ad sampai Sa’ad mau kafir kepada agamanya, dan ia berjanji akan mogok makan dan minum. Ibunya berkata, “Engkau mengatakan, bahwa Allah mewajibkan kamu berbuat baik kepada orang tuamu, aku ibumu, sekarang memerintahkan kamu berbuat itu (kafir kepada agama Islam).” Sa’ad berkata, “Ibuku berdiam diri (tidak makan dan minum) selama tiga hari sehingga ia merasakan kepayahan yang sangat, lalu anaknya yang bernama ‘Amarah memberinya minum, kemudian ibunya memanggil Sa’ad, maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan dalam Al Qur’an ayat ini, “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku…dst.” (terj. Al ‘Ankabut: 8). Di sana pun terdapat ayat, “Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Terj. Lukman: 15). Sa’ad juga bercerita, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperoleh ghanimah yang besar, di antaranya terdapat sebuah pedang, maka aku mengambilnya dan membawa kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku pun berkata, “Berikanlah kepadaku pedang ini. Aku adalah seorang yang telah engkau ketahui keadaannya (yakni pandai memainkan pedang).” Maka Beliau bersabda, “Kembalikanlah ke tempat kamu mengambil.” Lalu aku pergi, sehingga ketika aku hendak menaruhnya ke tempat barang rampasan (yang belum dibagi), maka aku mencela diriku sendiri, lalu aku kembali kepada Beliau dan berkata, “Berikanlah ia untukku.” Maka Beliau mengeraskan suaranya, “Kembalikanlah ia ke tempat kamu mengambil.” Maka Allah menurunkan ayat, “Yas’aluunaka ‘anil anfaal (Mereka bertanya kepadamu tentang harta rampasan perang).” (Al Anfaal: 1). Sa’ad bercerita pula, “Aku pernah sakit, lalu aku kirim seseorang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau datang kepadaku, lalu aku berkata, “Biarkanlah aku membagi hartaku sesuai yang aku kehendaki.” Ternyata Beliau menolak.” Aku berkata, “Bagaimana jika separuhnya (yakni aku wasiatkan).” Beliau ternyata menolak, maka aku berkata, “Bagaimana jika sepertiga?” Maka Beliau diam, oleh karenanya jika sepertiga ternyata dibolehkan. Sa’ad juga bercerita, “Aku pernah mendatangi sekumpulan kaum Anshar dan Muhajirin, mereka berkata, “Kemarilah, agar kami memberimu makan dan memberimu minuman khamr.” Hal itu sebelum khamr diharamkan. Sa’ad juga bercerita, “Lalu aku mendatangi mereka dalam sebuah kebun, ternyata ada kepala hewan sembelihan yang dipanggang di dekat mereka dan sebuah geriba (tempat minum dari kulit) yang berisi khamr, maka aku makan dan minum bersama mereka, kemudian dibicarakanlah tentang kaum Muhajirin dan Anshar, aku berkata, “Kaum Muhajirin lebih baik daripada Anshar,” Lalu salah seorang mengambil salah satu rahang kepala (hewan itu) kemudian memukulku dengannya sehingga hidungku terluka, maka aku datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan memberitahukan hal itu, maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat berkenaan dengan khamr, “Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah termasuk perbuatan syaitan…dst.” (Terj. Al Maa’idah: 90).

Baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.

Dan tidak ada seorang yang memiliki ilmu bahwa syirk itu benar. Hal ini untuk membesarkan masalah syirk.

Yakni kemudian akan Aku beri balasan amalmu. Oleh karena itu, berbaktilah kepada kedua orang tuamu dan dahulukanlah ketaatan kepada keduanya, namun tetap di atas ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, karena ia harus didahulukan di atas segalanya.