Surat Sad Ayat 6

وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَىٰ آلِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ



Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka) dari majelis tempat mereka berkumpul, yaitu tempat Abu Thalib; di tempat itulah mereka mendengar dari Nabi saw. yang mengatakan, "Katakanlah oleh kalian, 'Laa Ilaaha Illallaah', artinya tiada Tuhan selain Allah (seraya mengatakan, 'Pergilah kalian') maksudnya, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain 'pergilah kalian' (dan tetaplah menyembah tuhan-tuhan kalian) artinya bertahanlah kalian di dalam menyembah tuhan-tuhan kalian itu (sesungguhnya ini) ajaran tauhid yang disampaikan Nabi itu (benar-benar suatu hal yang dikehendaki") olehnya supaya kita melakukannya.

Para pembesar mereka terdorong untuk saling mengingatkan satu sama lain sambil berkata, "Berjalanlah menurut cara kalian dan tetaplah menyembah tuhan-tuhan kalian. Sesungguhnya ini suatu hal yang besar yang dikehendaki untuk kita.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:32
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata: Ketika Abu Thalib sakit, maka beberapa orang Quraisy yang di antaranya Abu Jahal masuk menemuinya, lalu mereka berkata, “Sesungguhnya putera saudaramu mencaci-maki sesembahan kami, berbuat ini dan itu serta berkata ini dan itu. Mengapa engkau tidak kirim orang untuk melarangnya? Lalu Abu Thalib mengirim orang kepada Beliau, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang, dan masuk ke dalam rumah tersebut, sedangkan jarak antara Beliau dengan Abu Thalib seukuran tempat duduk seseorang. Lalu Abu Jahal la’natullah ‘alaih merasa khawatir jika Beliau duduk di samping Abu Thalib nanti membuatnya simpati kepada Beliau, maka ia segera loncat dan duduk di majlis itu, dan ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mendapatkan majlis yang dekat dengan pamannya, maka ia duduk di dekat pintu. Lalu Abu Thalib berkata kepada Beliau, “Wahai anak saudaraku, mengapa kaummu selalu mengeluhkan tentangmu dan mengatakan bahwa kamu mencaci-maki sesembahan mereka, dan berkata ini dan itu?” Lalu orang-orang di sana menambahkan lagi kata-katanya, dan mulailah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara, “Wahai paman, sesungguhnya aku menginginkan dari mereka satu kalimat yang mereka ucapkan, di mana bangsa Arab akan mengikutinya, dan nanti orang-orang di luar Arab akan membayar pajak untuk mereka.” Lalu mereka kaget dengan kalimat itu dan kepada perkataannya.” Maka orang-orang berkata, “Ya, satu kalimat, namun kami akan gantikan kalimat itu dengan sepuluh kalimat. Apa kalimat itu?” Abu Thalib juga berkata, “Kalimat apa itu wahai putera saudaraku?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Laailaahaillallah (artinya: Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah).” Lalu mereka bangkit dalam keadaan kaget sambil mengibas kain mereka dan berkata, “Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.” (HR. Ibnu Jarir, Ahmad, Nasa’i, dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma). Namun hadits ini didha'ifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Dha’if At Tirmidzi no. 3232).

Yakni tokoh-tokoh masyarakat yang ucapannya diterima sambil mendorong kaum mereka untuk tetap teguh berpegang dengan kesyirkkan yang selama ini mereka lakukan.

Maksudnya, menurut orang-orang kafir bahwa menyembah tuhan-tuhan itulah yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah. Mahasuci Allah dari anggapan mereka ini. Bisa juga maksud mereka adalah, bahwa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berupa larangan berbuat syirk adalah sesuatu yang ada maksudnya, yakni Beliau memiliki niat tidak baik ketika melarang berbuat syirk. Ini merupakan syubhat yang biasanya laris di kalangan orang-orang yang bodoh, karena orang yang mengajak kepada yang hak (benar) atau tidak hak tidaklah dibantah perkataannya dengan mencela niatnya, karena niat dan amalnya adalah urusannya, jika ingin membantahnya, maka dengan menghadapinya menggunakan sesuatu yang dapat membatalkannya berupa hujjah dan bukti. Menurut persangkaan mereka juga, bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak kepada Allah adalah agar Beliau menjadi pemimpin di tengah-tengah kaumnya, dimuliakan dan diikuti oleh mereka.