Surat Ta Ha Ayat 114

فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ ۖ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا



Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sesungguhnya) daripada apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik (dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap Alquran) sewaktu kamu membacanya (sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu) sebelum malaikat Jibril selesai menyampaikannya (dan katakanlah, "Ya Rabbku! Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan") tentang Alquran, sehingga setiap kali diturunkan kepadanya Alquran, makin bertambah ilmu pengetahuannya.

Allah berada di atas segala prasangka, Mahasuci dari sifat serupa dengan makhluk-Nya, Maharaja yang dibutuhkan oleh para penguasa dan rakyat jelata. Ketuhanan dan keagungan-Nya mahabenar. Jangan tergesa-gesa, Muhammad, membaca al-Qur'ân sebelum malaikat menyampaikannya dengan sempurna kepadamu. Katakan, "Ya Tuhan, tambahlah ilmuku melalui al-Qur'ân dan pemahaman maknanya."

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:31
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Setelah Allah menyebutkan hukum jaza’i(pembalasan)nya terhadap hamba-hamba-Nya, hukum syar’i-Nya yang ada dalam kitab-Nya, di mana hal ini termasuk kerajaan-Nya, Dia berfirman, “Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya.”

Yakni dari apa yang dikatakan orang-orang musyrik atau dari segala kekurangan.

Di mana kerajaan adalah sifat-Nya, semua makhluk adalah milik-Nya, hukum-hukum kerajaan, baik yang qadari (terhadap alam semesta) maupun yang syar’i berlaku pada mereka.

Wujud-Nya hak (benar), kerajaan-Nya hak dan kesempurnaan-Nya hak. Sifat-sifat kesempurnaan tidak ada yang hakiki kecuali bagi Allah Yang Memiliki Keagungan. Contohnya adalah kerajaan, meskipun di antara makhluk-Nya ada yang menjadi raja pada sebagian waktu dan terhadap orang-orang tertentu, namun kerajaannya terbatas dan akan sirna, adapun Allah, maka Dia senantiasa sebagai Raja, Mahahidup, Maha Berdiri Sendiri lagi Maha Mulia.

Maksudnya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dilarang Allah menirukan bacaan Jibril ‘alaihis salam kalimat demi kalimat, sebelum Jibril ‘alaihis salam selesai membacakannya, karena Allah menjamin untuk mengumpulkan Al Qur’an di dalam dadanya dan membacakannya. Oleh karena tergesa-gesanya Beliau untuk segera menghapal wahyu itu menunjukkan kecintaan yang sempurna kepada ilmu, maka Allah memerintahkan kepadanya agar meminta kepada Allah tambahan ilmu, karena ilmu adalah kebaikan, dan banyaknya kebaikan perlu dicari, dan hal itu berasal dari Allah. Tentunya, cara untuk memperolehnya adalah dengan bersungguh-sungguh, rindu kepada ilmu, memintanya kepada Allah, meminta pertolongan-Nya serta butuh kepadanya di setiap waktu. Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan tentang adab mencari ilmu, yaitu bahwa orang yang mendengarkan ilmu sepatutnya bersabar tidak langsung mencatat sampai pengajar atau pengimla’ (pendikte) menyelesaikan kata-katanya yang masih berkaitan. Jika telah selesai, ia boleh bertanya jika ia memiliki pertanyaan dan tidak segera bertanya dan memotong pembicaraan guru, karena hal itu merupakan sebab terhalangnya ilmu. Demikian pula orang yang ditanya, sebaiknya meminta dijabarkan pertanyaan dan mengetahui maksudnya terlebih dahulu sebelum menjawab, karena hal itu merupakan sebab agar menjawab benar.

Dengan Al Qur’an. Oleh karena itu, setiap kali diturunkan ayat Al Qur’an, maka bertambahlah ilmu Beliau.