Surat Al-Furqan Ayat 62

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا



Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti) yakni satu sama lainnya saling silih berganti dengan yang lainnya (bagi orang yang ingin mengambil pelajaran) dapat dibaca Yadzdzakkara dan Yadzkura, yang pembahasannya sebagaimana pada ayat sebelumnya. Yakni, ia ingat akan kebaikan yang tidak dilakukan pada salah satu di antaranya, kemudian ia melakukan pada waktu yang lainnya, sebagai ganti dari apa yang tidak dilakukannya di waktu yang pertama tadi (atau orang yang ingin bersyukur) atas nikmat Rabb yang telah dilimpahkan kepadanya pada dua waktu itu.

Allahlah yang menjadikan malam dan siang secara silih berganti, yang satu datang menggantikan yang lain. Kami atur semua ini agar siapa saja dapat mengambil pelajaran dari aturan semacam ini, sehingga dapat mengetahui kebijaksanaan dan kekuasaan Allah. Atau agar ia dapat menyukuri nikmat yang agung ini.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:32
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Yakni bagi orang yang ingin mengambil pelajaran dan menjadikannya dalil terhadap tuntutan-tuntutan ilahi.

Syaikh As Sa’diy rahimahullah berkata, “Sesungguhnya hati berubah-ubah dan berpindah-pindah di waktu-waktu malam dan siang hari, terkadang muncul semangat dan muncul pula malas, muncul ingat dan muncul lalai, muncul sempit dan muncul lapang, muncul mendatangi dan muncul berpaling, maka Allah jadikan malam dan siang melewati para hamba dan dan datang berulang-ulang agar muncul ingat dan semangat serta bersyukur kepada Allah di waktu yang lain, di samping itu wirid ibadah berulang dengan berulangnya malam dan siang. Setiap kali waktu berulang, maka muncul bagi hamba keinginan yang bukan keinginan yang melemah di waktu yang lalu, sehingga bertambahlah ingat dan syukurnya. Tugas-tugas ketaatan ibarat siraman iman yang membantunya, jika tidak ada tugas itu tentu tanaman iman itu akan layu dan kering, maka pujian yang paling sempurna dan lengkap atas hal itu adalah milik Allah.”