Fatwa DSN MUI

Letter of Credit (L/C) Impor Syari’ah

FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
Nomor 34/DSN-MUI/IX/2002
Tentang
Letter of Credit (L/C) Impor Syari’ah

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dewan Syari’ah Nasional setelah

Menimbang :
  1. bahwa salah satu bentuk jasa perbankan adalah memberikan fasilitas transaksi impor yang dilakukan oleh nasabah, yang dikenal dengan istilah Letter of Credit (L/C) Impor;
  2. bahwa transaksi L/C Impor  yang berlaku selama ini belum sesuai dengan ketentuan syariah;
  3. bahwa agar mekanisme transaksi L/C Impor tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa mengenai hal tersebut untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
  1. Firman Allah, QS. An-Nisa [4]: 29:

    يَا أَيُّهَا الَّذَيْنِ آمَنُوْا لاَ تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ...

    "Hai orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta saudaramu dengan cara yang bathil, kecuali dengan cara perniagaan yang saling rela di antara kalian … "

  2. Firman Allah SWT, QS. Al-Ma'idah [5]: 1:

    يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِ …

    "Hai orang yang beriman! Penuhilah aqad-aqad itu …"

  3. Firman Allah, QS Al-Kahfi [18]: 19:

    فَابْعَثُوْا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلاَ يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا (الكهف:19)

    " Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun."

  4. Firman Allah, QS . Yusuf [12]: 55:

    قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلَى خَزَائِنِ اْلأَرْضِ إِنِّى حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ.

    "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman."

  5. Firman Allah, QS . Al-Baqarah [2]: 283:

    فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذَيْ اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللهَ رَبَّهُ ... (البقرة: 283)

    "… Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya …"

  6. Firman Allah, QS. Al-Qashash [28]: 26:

    قاَلَتْ اِحْدَاهُمَا يَآ أَبَتِ اسْتَئْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ اْلأَمِيْنُ (القصص: 26)

    "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Hai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dipercaya."

  7. Firman Allah SWT, QS. Yusuf [12]: 72:

    قَالُوْا نَفْقِدُ صُوَاعَ الْمَلِكِ وَلِمَنْ جَاءَ بِهِ حِمْلُ بَعِيْرٌ وَأَنَا بِهِ زَعِيْمٌ

    "Penyeru-penyeru itu berseru: Kami kehilangan piala raja, dan barangsiapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya."

  8. Firman Allah SWT, QS. Al-Baqarah [2]: 275:

    ... وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ... (البقرة: 275)

    "… Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba …"

  9. Firman Allah SWT, QS. Shad [38]: 24:

    وَإِنَّ كَثِيْرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِى بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيْلٌ مَا هُمْ ... (ص: 24)

    "… Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka ini …"

  10. Hadis Nabi SAW riwayat al-Thabarani dari Ibn Abbas:

    كَانَ سَيِّدُنَا الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ إِذَا دَفَعَ الْمَال مُضَارَبَةً اِشْتَرَطَ عَلَى صَاحِبِهِ أَنْ لاَ يَسْلُكَ بِهِ بَحْرًا وَلاَ يَنْزِلَ بِهِ وَادِيًا وَلاَ يَشْتَرِيَ بِهِ دَابَّةً ذَاتَ كَبِدٍ رَطْبَةٍ، فَإِنْ فَعَلَ ذَلِكَ ضَمِنَ. فَبَلَغَ شَرْطُهُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَأَجَازَهُ (رواه الطبَراني في الأوسط)

    "Abbas bin Abdul Muthallib, jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah- ia mensyaratkan kepada mudharib nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membolehkannya."

  11. Hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:

    أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ثَلاَثٌ فِيْهِنَّ الْبَرَكَةُ : اَلْبَيْعُ اِلَى أَجَلٍ, وَالْمُقَارَضَةُ, وَخَلْطُ الْبُرِّ بِالشَّعِيْرِ لِلْبَيْتِ لاَ لِلْبَيْعِ (رواه ابن ماجه)

    "Nabi bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum halus dengan jewawut (gandum kasar) untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual."

  12. Hadis Nabi riwayat 'Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id al-Khudri, Nabi SAW bersabda:

    مَنِ اسْتَأْجَرَ أَجِيْرًا فَلْيُعْلِمْهُ أَجْرَهُ.

    "Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya."

  13. Hadis Nabi riwayat Abu Dawud dan Al-Tirmidzi:

    أنَّ الرسولَ صلى الله عليه وسلم دَفَعَ دِيْنَارًا إِلَى حَكيْمِ بْنِ حِزَامٍ لِيَشْتَرِيَ لَهُ بِهِ أُضْحِيَةً (رواه أبو داود والترمذي)

    "Nabi SAW menyerahkan satu dinar kepada Hakim bin Hizam untuk membeli hewan qurban."

  14. Hadits riwayat Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf al-Muzani, Nabi SAW bersabda:

    الصُّلْحُ جَائِزٌ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ إِلاَّ صُلْحًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا وَالْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ إِلاَّ شَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا.

    "Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram."

  15. Kaidah Fiqh:

    الأَصْلُ فِي الْمُعَامَلاَتِ اْلإِبَاحَةُ إِلاَّ أَنْ يَدُلَّ دَلِيْلٌ عَلَى تَحْرِيْمِهَا

    "Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya."

    أَيْنَمَا وُجِدَتِ الْمَصْلَحَةُ فَثَمَّ حُكْمُ اللهِ.

    "Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah."

    الـمَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرَ

    "Kesulitan dapat menarik kemudahan."

    الحَاجَةُ قَدْ تَنْزِلُ مَنْزِلَةَ الضَّرُوْرَةِ

    "Keperluan dapat menduduki posisi darurat."

    الثَّابِتُ بِالْعُرْفِ كَالثَّابِتِ بِالشَّرْعِ

    "Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara' (selama tidak bertentangan dengan syari'at)."

Memperhatikan :
  1. Pendapat ulama tentang Wakalah bil-Ujrah:

    تَصِحُّ الْوَكَالَةُ بأجرٍ وبغيرِ أجرٍ, لأنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان يبعثُ عمَّالَه لقبضِ الصَّدقاتِ ويجعلُ لهم عُمولةً ... وإذا كانتِ الوكالةُ بأجر أي (بجعل) فحكمُها حكمُ الإِجَارَاتِ.

    Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (V/85), Asy-Syarkhasi dalamTakmilah Fathul Qadir (VI/2), Wahbah Al-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (V/4058).
  2. Pendapat ulama bahwa biaya dan ongkos yang dikeluarkan untuk memperoleh barang diperhitungkan sebagai harga perolehan barang (dimasukkan dalam komponen modal). Wahbah Al-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu(V/3771) berkata:

    وأمَّا ما يلحَقُ برأسِ الْمالِ فهو كلُّ نفقةٍ أُنْفِقَتْ على السِّلعة وأوجبتْ زيادةً فى المعقودِ عليه سواءٌ فى العَين أو فى القِيمةِ وكان ذلك مُعْتَادًا إلحاقُه برأسِ المالِ عند التُّجارِ...اعتبارًا لِلْعُرْفِ والعرفُ حُجَّةٌ لمِا ورد من الأثر: مَا رَآهُ المُسْلِمُوْنَ حَسَناً فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ.

  3. Fatwa-fatwa DSN-MUI mengenai Ijarah, Qardh, Murabahah, Salam/Istishna', Mudharabah, Musyarakah, dan Hawalah.
  4. Surat Direksi BMI Nomor 150/BMI/FSG/VII/2002 ter-tanggal 11 Juli 2002 perihal permohonan fatwa tentang Skema Transaksi LC Impor dan LC Ekspor.
  5. Pendapat peserta Rapat Pleno DSN-MUI tanggal 14 September 2002/ 7 Rajab 1423 H.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG L/C IMPOR SYARIAH
Pertama : Ketentuan Umum
  1. Letter of Credit  (L/C) Impor Syariah adalah surat pernyataan akan membayar kepada Eksportir yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan Importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah
  2. L/C Impor Syariah dalam pelaksanaannya menggunakan akad-akad: Wakalah bil Ujrah, Qardh, Murabahah, Salam/Istishna’, Mudharabah, Musyarakah, dan Hawalah.
Kedua : Ketentuan Akad
Akad untuk L/C Impor yang sesuai dengan syariah dapat digunakan beberapa bentuk:
    1. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan:
      1. Importir harus memiliki dana pada bank sebesar  harga pembayaran barang yang diimpor;
      2. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor;
      3. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase.
    2. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:
      1. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang diimpor;
      2. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor;
      3. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase;
      4. Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada importir untuk pelunasan pembayaran barang impor.
    3. Akad Murabahah dengan ketentuan:
      1. Bank bertindak selaku pembeli yang mewakilkan kepada importir untuk melakukan transaksi dengan eksportir;
      2. Pengurusan dokumen dan pembayaran dilakukan oleh bank saat dokumen diterima (at sight) dan/atau tangguh sampai dengan jatuh tempo (usance);
      3. Bank menjual barang secara murabahah kepada  importir, baik dengan pembayaran tunai maupun cicilan.
      4. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank akan diperhitungkan sebagai harga perolehan barang.
    4. Akad Salam/Istishna'dan Murabahah, dengan ketentuan:
      1. Bank melakukan akad Salam atau Istishna’ dengan mewakilkan kepada importir untuk melakukan transaksi tersebut.
      2. Pengurusan dokumen dan pembayaran dilakukan oleh bank;
      3. Bank menjual barang secara murabahah kepada importir, baik dengan pembayaran tunai maupun cicilan.Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank akan diperhitungkan sebagai harga perolehan barang.
    5. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah, dengan ketentuan:
      1. Nasabah melakukan akad wakalah bil ujrah kepada bank untuk melakukan pengurusan dokumen dan pembayaran.
      2. Bank dan importir melakukan akad Mudharabah, dimana bank bertindak selaku shahibul mal  menyerahkan modal kepada importir sebesar harga barang yang diimpor.
    6. Akad Musyarakah dengan ketentuan:
      Bank dan importir melakukan akad Musyarakah, dimana keduanya menyertakan modal untuk melakukan kegiatan impor barang.
    7. Dalam hal pengiriman barang telah terjadi, sedangkan pembayaran belum dilakukan, akad yang digunakan adalah:

      Alternatif 1:
      Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:

      1. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang diimpor;
      2. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor;
      3. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase;
      4. Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada nasabah untuk pelunasan pembayaran barang impor

      Alternatif 2:
      Wakalah bil Ujrah dan Hawalah dengan ketentuan:

      1. Importir  tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang diimpor;
      2. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor;
      3. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase;
      4. Hutang kepada eksportir dialihkan oleh importir menjadi hutang kepada Bank dengan meminta bank membayar kepada eksportir senilai barang yang diimpor.
Ketiga : Ketentuan Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 07 Rajab 1423 H

14 September 2002 M

DEWAN SYARI'AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua
K.H. MA Sahal Mahfudh
Sekretaris
Prof. Dr. H. M Din Syamsuddin
Konten diambil dari situs http://www.dsnmui.or.id/