وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Dan) ingatlah (ketika Kami mengambil ikrar dari Bani Israel) maksudnya dalam Taurat, dan Kami katakan, ("Janganlah kamu menyembah) ada yang membaca dengan 'ta' dan ada pula dengan 'ya', yaitu 'laa ya`buduuna', artinya mereka tidak akan menyembah (kecuali kepada Allah). Kalimat ini merupakan kalimat berita tetapi berarti larangan. Ada pula yang membaca 'laa ta`buduu', artinya 'janganlah kamu sembah!' (Dan) berbuat kebaikanlah! (kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya) maksudnya berbakti selain itu juga (kaum kerabat) athaf pada al-waalidain (anak-anak yatim dan orang-orang miskin serta ucapkanlah kepada manusia) kata-kata (yang baik) misalnya menyuruh pada yang baik dan melarang dari yang mungkar, berkata jujur mengenai diri Muhammad dan ramah tamah terhadap sesama manusia. Menurut suatu qiraat 'husna' dengan 'ha' baris di depan dan 'sin' sukun yang merupakan mashdar atau kata benda dan dipergunakan sebagai sifat dengan maksud untuk menyatakan 'teramat' artinya teramat baik. (Dan dirikanlah salat serta bayarkan zakat!) Sesungguhnya kamu telah memberikan ikrar tersebut. (Kemudian kamu tidak memenuhi) janji itu. Di sini tidak disebut-sebut orang ketiga, yaitu nenek moyang mereka (kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu juga berpaling.") seperti halnya nenek moyangmu.
Di samping itu, wahai orang-orang Yahudi, kalian telah memiliki masa lampau yang penuh dosa, ingkar janji, serta pelanggaran terhadap batas-batas yang telah ditetapkan Allah untuk kalian. Ingatlah ketika kalian berjanji kepada Kami di dalam Tawrât. Yaitu bahwa kalian tidak akan menyembah selain Allah; akan berbuat baik kepada kedua orangtua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin; menggunakan ungkapan-ungkapan baik yang dapat mempersatukan dan tidak menjauhkan kalian dengan orang lain; melaksanakan apa yang diwajibkan kepada kalian, yaitu salat dan zakat. Ingatlah apa yang kalian perbuat terhadap perjanjian ini. Kalian telah mengingkarinya dan berpaling darinya. Hanya beberapa orang saja yang tunduk pada kebenaran.
Admin
Janji ini diadakan karena mereka (Bani Israil) sering bermaksiat, maka Allah mengambil perjanjian yang kokoh dari mereka.
Berbuat baik kepada mereka mencakup berbuat baik dengan perkataan dan perbuatan. Perintah berbuat baik kepada mereka menunjukkan larangan berbuat jahat (isaa'ah) dan tidak berbuat ihsan.
Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh bapaknya, sedangkan usia mereka belum mencapai masa baligh.
Dalam perjanjian ini, Allah memerintahkan mereka untuk bertutur kata yang baik kepada semua manusia. Termasuk bertutur kata yang baik adalah beramr ma'ruf dan bernahi munkar, mengajarkan ilmu agama, menyebarkan salam, senyum dan perkataan baik lainnya. Dalam perintah bertutur kata yang baik kepada semua manusia terdapat perintah berbuat ihsan secara umum, karena dengan perbuatan dan harta terkadang di antara manusia ada yang tidak bisa melakukannya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan minimal dengan perkataan. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengajarkan manusia agar ucapan dan tindakannya bersih dari perkara keji, kotor, mencaci maki dan bermusuhan.
Syari'at yang disebutkan pada ayat di atas adalah termasuk Ushuluddin (prinsip-prinsip agama) yang diperintahkan Allah Azza wa Jalla dalam semua syari'at, karena di dalamnya terdapat maslahat yang banyak di setiap waktu dan tempat, sehingga bagaimana pun juga, syari'at ini tidak akan mansukh (dihapus) sebagaimana dasar agama yang paling pertama dan utama yaitu tauhid (menyembah hanya kepada Allah) tidak akan mansukh. Lihat juga tentang Ushuluddin lainnya di surat Al An'aam: 151-153 dan Al Israa': 23-39.