وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).
Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
(Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali) dirinya sendiri sekalipun ia berupaya sekuat tenaga di dalam kebaikan. Jawab Qasam tidak disebutkan; lengkapnya, Aku bersumpah dengan nama hari kiamat dan dengan nama jiwa yang banyak mencela, bahwa niscaya jiwa itu pasti akan dibangkitkan. Pengertian Jawab ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu:
[[75 ~ AL-QIYAMAH (HARI KIAMAT) Pendahuluan: Makkiyyah, 40 ayat ~ Surat mulia ini berbicara tentang hari kebangkitan dan pembalasan yang akan ditemui seluruh umat manusia dengan segala kedahsyatannya. Kemudian surat ini memuat ihwal jaminan yang akan diberikan Allah kepada Rasulullah saw. bahwa Dialah yang akan mengumpulkan al-Qur'ân dalam dada Rasul. Lalu diutarakan pula mengenai ditolaknya mereka yang lebih menomorsatukan kehidupan dunia yang fana dengan mengabaikan kehidupan akhirat. Dibandingkanlah antara wajah orang-orang Mukmin yang berseri-seri dengan wajah orang-orang kafir yang muram tak bercahaya. Lalu dibicarakan pula mengenai hal ihwal orang yang tengah sekarat dan lalai menunaikan kewajiban serta menduga bahwa dirinya tidak akan menemui hari perhitungan. Surat ini diakhiri dengan memaparkan beberapa bukti yang menguatkan kebenaran hari kebangkitan.]] Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi kebenaran hari kiamat. Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi jiwa yang mencela pemiliknya akibat melakukan dosa dan kesalahan, bahwa kalian akan dibangkitkan setelah tulang belulang kalian dikumpulkan. Apakah manusia mengira--setelah ia Kami ciptakan dari ketiadaan--bahwa Kami tidak dapat mengumpulkan kembali tulang belulangnya yang hancur berserakan?
Admin
Maksudnya, jika ia berbuat kebaikan ia menyesal mengapa tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan. Jawaban (isi) terhadap sumpah tersebut adalah, âKamu pasti akan dibangkitkan.â Dinamakan jiwa tersebut dengan âlawwamahâ karena keadaan jiwa tersebut yang selalu menyesali dirinya, tidak tetapnya berada di atas satu keadaan. Di samping itu, ketika mati jiwa itu menyesali perbuatannya. Bahkan jiwa orang mukmin menyalahkan dirinya ketika di dunia karena apa yang dilakukannya berupa sikap meremehkan, kurang memenuhi hak, lalai dsb.