Surat An-Nisa' Ayat 72

وَإِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيَّ إِذْ لَمْ أَكُنْ مَعَهُمْ شَهِيدًا



Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: "Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

(Dan sungguh di antara kamu ada orang yang berlambat-lambat) atau bersikap lamban menghadapi peperangan, seperti Abdullah bin Ubai si munafik dan kawan-kawannya itu. Dia dianggap termasuk golongan munafik melihat sikap dan tindakan-tindakannya. Lam yang terdapat pada kata kerja berarti sumpah. (Jika kamu ditimpa musibah) seperti terbunuh atau kekalahan (maka katanya, "Sesungguhnya Allah telah memberi nikmat kepadaku sehingga aku tak ikut hadir bersama mereka) yang akan menyebabkanku ditimpa musibah pula.

Waspadalah terhadap orang yang enggan dan merasa berat untuk berperang karena di antara orang-orang yang hidup bersama kalian ada yang enggan dan merasa berat untuk maju ke medan perang. Jika kalian mendapat musibah dalam perang, maka mereka akan mencela kalian seraya berkata, "Allah telah memberiku nikmat, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka."

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:31
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Mereka ini adalah orang-orang mukmin yang lemah iman, namun ada yang mengatakan bahwa mereka ini adalah orang-orang munafik. Yang rajih adalah yang pertama, yakni orang-orang mukmin yang lemah iman berdasarkan kata-kata "di antara kamu", yang tertuju kepada kaum mukmin, dan kata-kata "seakan-akan belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia", sedangkan antara orang-orang kafir, orang-orang musyrik dan orang-orang munafik tidak memiliki hubungan kasih sayang dengan orang-orang mukmin. Di samping itu, karena kaum mukmin ada dua golongan; yang kuat imannya dan yang lemah imannya. Orang mukmin yang kuat imannya membuat mereka berani berjihad, sedangkan orang mukmin yang masih lemah imannya tidak berani berjihad. Dari perkataan mereka "Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka" dapat diketahui bahwa yang dicita-citakan oleh orang-orang yang berat berjihad itu tidak lain adalah kehidupan dunia dan kesenangannya. Cita-cita seperti ini tidak lain karena kurangnya ilmu dan akal mereka, dan tidak mengetahuinya tentang hakikat kehidupan dunia.

Terbunuh atau kalah dalam pertempuran.

Kata-kata ini diucapkan karena kelemahan akal dan imannya, di mana ia mengira bahwa tidak berangkat jihad yang di sana seseorang bisa mendapatkan musibah merupakan kenikmatan, padahal nikmat yang sesungguhnya adalah ketika seseorang mendapat taufiq untuk dapat menjalankan ketaatan yang besar ini, di mana di dalamnya menguatkan iman, menyelamatkan hamba dari siksa dan kerugian, memperoleh pahala yang besar dan keridaan Ar Rahman. Adapun duduk tidak berangkat berjihad, meskipun ada istirahatnya namun hanya sebentar, dan setelahnya adalah keletihan yang panjang, penderitaan yang besar dan tidak memperoleh apa yang diperoleh para mujahid.