Surat Al-Hujurat Ayat 2

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.

Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!

("Hai orang-orang beriman janganlah kalian meninggikan suara kalian) bila kalian berbicara (lebih dari suara Nabi) bila ia berbicara (dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras) bila kalian berbicara dengannya (sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain) tetapi rendahkanlah suara kalian di bawah suaranya demi untuk menghormati dan mengagungkannya (supaya tidak dihapus pahala amal kalian sedangkan kalian tidak menyadarinya") maksudnya, takutlah kalian akan hal tersebut disebabkan suara kalian yang tinggi dan keras di hadapannya. Ayat berikutnya diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merendahkan suaranya di hadapan Nabi saw.

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara lebih tinggi dari suara Nabi, apabila ia dan kalian sedang berbicara. Jangan pula menyamakan suara kalian dengan suaranya, seperti kalian berbicara antarsesama, supaya pahala amal perbuatan kalian tidak hilang tanpa kalian sadari.

Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir

Admin

Submit : 2015-04-01 02:13:32
Link sumber: http://tafsir.web.id/

Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abi Mulaikah ia berkata, “Hampir saja dua orang yang dipilih membuat Abu Bakar dan Umar binasa radhiyallahu 'anhuma, keduanya mengeraskan suaranya di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika rombongan dari Bani Tamim datang kepada Beliau, lalu yang satu menunjuk Aqra’ bin Habis saudara Bani Mujaasyi’, sedangkan yang satu lagi menunjuk yang lain. Nafi’ (perawi hadits) berkata, “Saya tidak hapal namanya.” Lalu Abu Bakar berkata kepada Umar, “Engkau tidak bermaksud selain menyelisihiku.” Umar menjawab, “Aku tidak bermaksud menyelisihimu.” Suara keduanya pun semakin keras dalam hal itu, maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu…dst.” Ibnuz Zubair berkata, “Maka Umar tidak lagi memperdengarkan (mengeraskan suaranya) kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah ayat ini, sampai Beliau meminta kejelasan (kata-katanya).” Ia tidak menyebutkan hal itu dari bapaknya, yakni Abu Bakar (Abdullah bin Abi Mulaikah atau Abdullah bin Az Zubair, tidak menyebutkan dari bapaknya yang tergolong sahabat).” (Syaikh Muqbil menjelaskan, hadits ini diriwayatkan pula oleh Tirmidzi juz 4 hal. 185, dan di sana disebutkan secara tegas bahwa Abdullah bin Abi Mulaikah diceritakan oleh Abdullah bin Az Zubair, dan ia (Tirmidzi) menghasankannya. Demikian pula diriwayatkan oleh Ahmad juz 4 hal. 6, Thabrani juz 26 hal. 119, di sana disebutkan ucapan Nafi’, bahwa Ibnu Abi Mulaikan telah menceritakan kepadanya dari Ibnuz Zubair, sehingga diketahui bersambungnya hadits ini sebagaimana diisyaratkan oleh Al Haafizh dalam Al Fat-h juz 10 hal. 212).

Ayat ini merupakan adab terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam berbicara dengan Beliau, yakni janganlah orang yang berbicara dengan Beliau meninggikan suaranya di atas suara Beliau, demikian pula jangan mengeraskan suara kepada Beliau, bahkan harus merendahkan suaranya, berbicara kepadanya dengan sopan dan lembut, dengan memuliakan dan menghormati serta mengagungkan, dan agar jangan menganggap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti kawan sesama mereka, bahkan mereka harus membedakan Beliau dalam berbicara sebagaimana Beliau harus dibedakan daripada yang lain tentang haknya yang wajib dilakukan oleh umat Beliau, dan wajibnya beriman kepada Beliau serta mencintai Beliau. Hal itu, karena jika tidak melakukan adab tersebut terdapat bahaya dan dikhawatirkan akan hapus amal seorang hamba tanpa disadarinya. Sebaliknya, beradab dengan Beliau termasuk sebab memperoleh pahala dan diterimanya amal.

Ketika kamu berbicara.

Meninggikan suara lebih dari suara Nabi atau berbicara keras terhadap Nabi adalah suatu perbuatan yang menyakiti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, dilarang melakukannya dan dapat menyebabkan hapusnya amal perbuatan.